Sumatra —Banjir dan longsor besar melanda sejumlah wilayah di Pulau Sumatra setelah hujan ekstrem dan dampak badai tropis memicu bencana sejak akhir pekan lalu. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan bahwa total korban meninggal dunia telah mencapai lebih dari 300 orang, sementara ratusan warga lainnya masih dinyatakan hilang.
Musibah ini menghantam paling parah wilayah Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat, di mana banjir bandang dan tanah longsor terjadi hampir bersamaan. Sejumlah desa terputus dari akses utama akibat jembatan rusak dan jalan yang tertutup material longsor. Upaya pencarian korban terus dikebut oleh tim gabungan TNI, Polri, BPBD, dan relawan, meski terkendala oleh cuaca buruk dan kondisi medan yang ekstrem.
Reuters melaporkan bahwa aliran sungai yang meluap serta derasnya air bah menyebabkan banyak rumah hanyut dan memaksa ribuan warga mengungsi ke dataran lebih tinggi. Pemerintah daerah di beberapa provinsi telah menetapkan status darurat bencana dan mendirikan posko pengungsian serta dapur umum untuk menampung warga terdampak.
Sementara itu, laporan dari media internasional dan lokal menyebutkan bahwa sejumlah kabupaten kini berada dalam kondisi terisolasi, membuat distribusi bantuan terhambat. Upaya pengiriman makanan, obat-obatan, dan perlengkapan darurat dilakukan melalui jalur udara maupun menggunakan perahu karet.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sebelumnya telah memperingatkan bahwa periode November–Desember 2025 merupakan puncak musim hujan di sebagian besar wilayah Indonesia. Risiko banjir besar, banjir bandang, dan tanah longsor diproyeksikan meningkat, terutama di daerah dengan kontur pegunungan dan aliran sungai besar.
Hingga saat ini, pemerintah pusat menyatakan fokus pada penyelamatan korban, pemulihan akses, dan pemenuhan kebutuhan dasar pengungsi. Operasi pencarian masih terus dilakukan di berbagai titik, seiring harapan untuk menemukan korban selamat di antara reruntuhan dan material longsor.(Rma)



Tidak ada komentar:
Posting Komentar